KUMPULAN SEPUTAR INFORMASI CERITA MISTERI DUNIA TERUPDATE

Sabtu, 25 Februari 2017

MISTERI DUNIA- MISTERI BATU BERJALAN DI LEMBAH KEMATIAN


MISTERI DUNIA
MISTERI BATU BERJALAN DI LEMBAH KEMATIAN
MISTERI DUNIA- Di sebuah lembah itu, matahari baru bersinar. Cahaya emas kekuningan berpendar di antara awan yang berarak. Bukit-bukit batu di bawahnya terlihat berdiri kokoh.
Namun, ketika matahari bersinar penuh, ada yang aneh di gambar itu. Sebuah batu, berukuran besar, berdiri terpisah cukup jauh dari bukti-bukit batu itu. MISTERI BATU BERJALAN DI LEMBAH KEMATIAN.


MISTERI DUNIA


Anehnya lagi, batu itu seolah bergerak sendiri. Soalnya di belakang batu itu ada sebuah jejak panjang. Jejak di tanah itu membekas dalam, membentang jauh dari bukit-bukit batu itu sampai tempat batu itu berdiri tegak. Aneh.

Misteri ini sudah berumur lama. Sejumlah batu bisa berjalan, dalam arti  di hamparan gurun yang kemudian sohor dengan sebutan Lembah Kematian (Death Valley) di California, Amerika Serikat.

Misterius, sebab yang kita tahu, batu itu senantiasa berdiam di tempat. Ia hanya bergerak jika dipindahkan manusia. Namun, di sana, batu-batu itu bisa bergerak sendiri, dan meninggalkan jejak yang cukup panjang.

Ternyata fenomena " batu berjalan" itu tidak hanya terjadi di negeri Paman Sam itu, tetapi juga terjadi di Laguna Altillo Chica, Spanyol, dan sejumlah negara lain.

Jangankan orang awam seperti kita, para ilmuwan pun tercengang dengan femonena alam ini. Sejumlah ilmuwan kemudian melakukan penelitian untuk menjawab misteri itu. Begitu banyak spekulasi terkait hal ini.

Namun, misteri yang menggantung sejak berabad lalu itu mulai memperlihatkan titik cerah. Bukan jin atau angin mahluk halus yang menggerakkan ratusan batu di atas permukaan danau kering atau playa di Lembah Kematian, California, Amerika Serikat. Tetapi suatu proses kimia alami sederhana yang terjadi di kawasan itu.


Ratusan jalur batu terukir jelas di Death Valley California. Terdapat batu di setiap ujung jalur, tetapi tidak ada yang melihat apapun di hamparan lumpur kering tersebut. Beberapa dekade lalu, tersebar spekulasi bahwa fenomena alam itu merupakan akibat angin kencang dan es yang menyebabkan permukaan batu licin.

Selama musim dingin tahun 2011, sebuah tim yang dipimpin Richard Norris dari Scripps Institution of Oceanography meneliti sebanyak 15 batu dengan menempelkan Global Positioning System atau GPS pada batu tersebut. Batu itu dipantau dengan bantuan stasiun cuaca resolusi tinggi dan kamera.

Eksperimen dilakukan pada musim dingin 2011 setelah memperoleh izin dari pengelola taman nasional. Ralph Lorenz, salah seorang penulis makalah dari Applied Physics Laboratory di Johns Hopkins University, menduga riset mereka akan menjadi eksperimen yang paling membosankan karena mereka harus menunggu sesuatu yang tak pasti.

" Sains terkadang memiliki unsur keberuntungan. Kita telah menunggu 5 sampai 10 tahun tanpa pergerakan apa-apa, tetapi hanya dua tahun dalam proyek ini, dan kami kebetulan dalam waktu yang tepat, melihat kejadian itu secara pribadi," kata Norris dalam keterangan persnya, yang dikutip dari iflscience.com.

Pada 2013, Norris dan sepupunya, Jim Norris, yang juga terlibat dalam penelitian tersebut, tiba di Death Valley dan menemukan bahwa daerah itu digenangi air sedalam 7 sentimeter. Tak lama kemudian, batu-batu mulai bergerak.

" Pada 21 Desember 2013, terdengar suara retak es dari permukaan kolam beku, tidak lama setelah itu, batu-batu mulai bergerak," jelasnya.

Meneliti batuan yang bergerak ini tidaklah mudah karena merupakan suatu peristiwa langka. Pertama, kawasan ini terisi air yang cukup untuk membentuk es mengapung pada malam hari di musim dingin tapi juga cukup dangkal sehingga masih bisa memunculkan batu di permukaan.

Ketika temperatur turun drastis pada malam hari, kolam membeku dan membentuk lapisan es setipis kaca. Es itu harus cukup tipis agar batu bisa bergerak lancar, tapi juga harus cukup tebal agar tak mudah pecah.

Pada pagi hari yang cerah, es akan mencair dan pecah menjadi panel-panel es besar. Dibantu dorongan angin, maka batuan mulai bergerak dengan kecepatan 5 meter per detik. Jauhnya batu " melangkah" ini tergantung dengan angin dan air yang mengalir di bawahnya. Akibatnya batu pun meninggalkan jejak di lumpur lunak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar